NAMA : MUJAHID RAMADHAN
KELAS : 4KA31
NPM : 15111026
TUGAS : MEMBUAT MAKALAH
DENGAN TEMA 1 PROFESI
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Makalah ini
bertemakan “Lingkungan & Interaksi Sosial
Profesi Juru Parkir”. Mengapa kami menganmbil tema ini? karena banyak orang
yang berfikir menjadi juru parkir atau penjaga parkir itu banyak negatifnya,
tapi disini kami tidak mengambil sisi negatifnya karena sesuatu hal itu pasti
ada positifnya, maka
kesempatan kali ini kami melakukan penelitian terhadap juru parkir yang
berlokasi di Jalan Margonda Raya.
Menjadi juru parkir bukanlah perkara
yang mudah karena meraka sampai harus rela kepanasan dan kehujanan hanya untuk
sebuah penghidupan keluarganya, tapi ada juga orang memanfaatkan kesempatan ini
untuk mendapatkan uang dengan cara yang mudah hanya bermodal fisik dan
kegarangan, meraka adalah orang – orang yang tidak bertanggung jawab.
Berbeda dengan orang yang jujur dan
tulus menjalani profesi ini, mereka pasti akan mementingkan keperluan orang
lain. Seperti mengatur pergerakkan lalu lalang kendaraan yang melintas agar
tidak mengalami kemacetan dan menolong orang yang membutuhkan penyebrangan
jalan. Seperti apa yang kami lihat dari hasil observasi yang kami lakukan pada
hari Senin 13 Oktober 2014.
I.2. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, kami
selaku penulis berniat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memberi
semangat hidup. Seperti objek yang kami wawancarai dalam menjalani hidup apa
adanya, serba kekurangan namun tetap mempunyai semangat untuk terus berjuang
menghidupi anak dan istrinya dengan pekerjaan yang halal.
I.3. Metode Penulisan
Setelah kami menentukan tema
Lingkungan dan Interaksi Sosial, kami mencari nara sumber yang akan kami
wawancarai dan observasi langsung ke lapangan untuk memeperoleh data serta
referensi dari internet untuk melengkapi data.
I.4. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami
menguraikan sistematika penulisan yang sesuai dengan persyaratan
penyusunan makalah yang baik sehingga akan terlihat rapi dan teratur. Adapun
sistematika tersebut sesuai dengan judul serta terbagi dalam berbagai bab
perincian.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Lingkungan
Menurut Sartain (ahli psikologi
Amerika), yang dimaksud dengan lingkungan itu meliputi kondisi dan alam dunia
ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes. Lingkungan
sosial adalah tempat dimana berlangsungnya interaksi antara masyarakat
dengan lingkungan. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial dipengaruhi oleh
nilai-nilai sosial yang terkandung dalam masyarakat itu sendiri. Jika nilai
sosial tentang lingkungan berubah/terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat
terhadap lingkungan juga akan berubah/bergeser. Itulah sebabnya masyarakat dan
nilai sosial selalu terlihat dinamis dan tidak bisa dipisahkan, terlepas dari
baik dan buruknya lingkungan sosial. Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam pembetukan kepribadian seseorang. Hal tersebut dapat terjadi
karena lingkungan sosial akan memberikan input tentang nilai-nilai sosial dalam
waktu yang relatif lama. Sehingga kepribadian akan cenderung sama dengan tempat
tinggalnya. Lingkungan sosial ini
biasanya dibedakan:
1.
Lingkungan
Sosial Primer
Lingkungan sosial di
mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain,
anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain. Contohnuya
seperti keluarga.
2. Lingkungan Sosial Sekunder:
Lingkungan sosial yang berhubungan anggota satu dengan
anggota lain agak longgar. Contohnya seperti lingkungan sekolah, kantor, pasar,
dsb.
II.2. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok dalam proses-proses sosial di masyarakat. Hubungan timbal balik
tersebut disertai dengan adanya kontak sosial dan komunikasi. Oleh karena itu
syarat utama terjadinya interaksi sosial adalah:
1. Adanya kontak
sosial antar kedua belah pihak;
2. Adanya
komunikasi sosial antara kedua belah pihak.
Interaksi sosial
merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdsarkan norma dan nilai sosial yang
berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya
nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu
sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai -nilai yang ada
dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing –
masing,
maka proses
sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di
dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan
antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun
kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam
pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial.
Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu
sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang
saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk
kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan
bahwa interaksi merupakan
dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka
kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut
interaksi.
II.3. Profesi Juru Parkir
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia
bebas Juru parkir yang disebut juga sebagai Jukir adalah
orang yang membantu mengatur kendaraan
yang keluar masuk ke tempat parkir. Jukir juga berfungsi untuk mengumpulkan
biaya parkir dan memberikan karcis kepada pengguna parkir pada saat akan keluar
dari ruang parkir. Tarif parkir pada lokasi yang
demikian biasanya tarif fixed, tidak tergantung waktu karena karcis tidak
dilengkapi dengan waktu kedatangan dan waktu kendaraan meninggalkan ruang
parkir. Perlengkapan
utama seorang juru parkir adalah peluit, pakaian seragam, karcis, Rambu kecil
stop yang dipasang pada suatu tongkat, atau tongkat dengan lampu berwarna merah
bila bertugas pada malam hari, rompi yang memantulkan sinar (scothlite) yang
penting bila bertugas pada saat malam hari.
Dalam kondisi perekonomian yang
sulit ini profesi juru parkir semakin berkembang pesat. Baik itu yang legal, yang ber-izin dispenda,
apalagi yang ilegal. Namun juga tidak jarang orang yang merasa risih karena
semakin menjamurnya tukang parkir. Yap, juru parkir dalam pengertian mereka
yang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, sebenarnya tidak semudah membalikkan
telapak tangan, tukang parkir mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjaga
kendaraan di lahan parkirnya, bukan hanya untuk sekedar meniup peluit, teriak
“teruuss…teruusss..hooop!”, lalu minta uang. Apabila terjadi sesuatu terhadap
kendaraan di lahan parkir, yang bukan disebabkan karena kelalaian pengendara,
sang juru parkir bertanggung jawab penuh terhadap apa yang
terjadi disana. Sebagai contoh, misal ada kehilangan motor di lahan parkir,
pengendara sudah mengunci motor dan meletakkannya sesuai dengan yang disarankan
tukang parkir, lalu ternyata motor tersebut hilang. Siapakah yang bertanggung
jawab? Tentu juru parkir.
Namun yang menjadi masalah saat ini
adalah, minimnya pengetahuan tentang
“ilmu juru parkir” tersebut pada
juru-juru parkir yang ada saat ini. Mereka hanya mengejar uang, uang, dan uang.
Hanya bermodalkan peluit, suara keras, sudah dapat uang. Sungguh nikmat sekali
hidup mereka.
II.4. Biografi Juru Parkir
Sesuai dengan observasi yang telah
kami lakukan pada hari Senin 13 Oktober 2014 kami mewawancarai juru parkir yang
berada di sebuah ruko printing ternama di kawasan Jalan Margonda Raya. Beliau
bernama Asep Rahmat, lahir di Cianjur 04 Juni 1965. Beliau saat ini berusia 49
tahun dengan pendidikan terakhirnya adalah SMA (Sekolah Menengah Atas).
Pekerjaan beliau saat ini adalah sebagai juru parkir. Beliau bertempat tinggal
di Gang Mawar RT.01/03 Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Beji Kota Depok dan
sudah berkeluarga serta memiliki 4 orang anak.
Sebelum bekerja sebagai juru parkir
Pak Asep pernah bekerja di sebuah department store ternama di Indonesia sebagai
supervisor. Faktor usia lah yang membuat Pak Asep memutuskan untuk menjadi
tukang parkir. Beliau sudah menjalani pekerjaan dari sejak tahun 2010.
Dalam kesehariannya Pak Asep
menjalani profesi ini dengan rutin sejak dari selesai makan siang hingga
sekitar pukul 22.00 malam dengan penghasilan rata-rata dalam satu hari sekitar
Rp.50.000,-.
II.5. Wawancara Dengan Tukang Parkir
Setelah kami berbicara beberapa saat
untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya wawancara,
dibawah ini merupakan kutipan dari isi wawancara kami dengan Pak Asep.
Kami : Namanya siapa pak?
Pak Asep : Nama Saya Asep
Rahmat.
Kami : Bapak lahir dimana, bisa tolong disebutkan
tanggal lahirnya?
Pak Asep : Di Cianjur, 04 Juni
1965.
Kami : Sekarang tempat tinggal bapak dimana?
Pak Asep : Gang Mawar Beji Di
Depok.
Kami : Pekerjaan bapak saat ini apa?
Pak Asep : Inilah pekerjaan
saya, jadi juru parkir.
Kami : Memangnya pendidikan terakhir bapak apa?
Pak Asep : Saya lulusan SMA
dek.
Kami : Kenapa bapak memilih pekerjaan sebagai juru
parkir?
Pak Asep : Karena faktor usia,
saya kan sudah tua.
Kami : Sejak kapan bapak menjalani profesi ini?
Pak Asep : Sejak 2010,
kira-kira sudah 4 tahun lah.
Kami : Apa pekerjaan bapak sebelum menjadi juru
parkir?
Pak Asep : Saya dulu kerja di
Matahari jadi Supervisor, banyaklah dulu
mah.
Kami : Biasanya bapak bekerja dari jam berapa sampai
jam berapa?
Pak Asep : Yaa dari jam 2
sampai jam 10 malem lah.
Kami : Kira-kira pendapatan satu hari iu berapa pak?
Pak Asep : Dalam satu
hari ya paling-paling cuma 50ribu.
Kami :
Apakah bapak tidak ingin beralih ke profesi yang lain?
Pak Asep :
Sudah tuntutan hidup dek, saya sudah berumur tidak mudah
mencari pekerjaan.
Kami :
Selama bapak menjadi juru parkir pernah kah mengalami
kesulitan atau kena razia polisi seperti itu
pak?
Pak Asep :
Alhamdulillah dek belum pernah.
II.6. Peranan Retribusi Tukang Parkir dalam Lingkungan dan
Interaksi
Sosial
Menjadi juru parkir, mungkin tidak
ada dalam benak kita. Mungkin kita akan berpikir jika profesi tersebut bukan
termasuk profesi yang begitu penting. Tapi kenyataannya berbeda bayangkan bila
tidak ada juru parkir, apa yang akan terjadi?
Pasti dijalan akan macet, semerawut
dan tidak jelas, seperti apa yang kita sering lihat sekarang ini bukan hanya
itu saja tindakan kriminal pun juga akan bertambah seperti Curanmor (Pencurian
Sepeda Motor). Sebagai pengguna jalan serta kendaran, kita tidak mungkin mau
bila ini terjadi dengan kendaraan kita sendiri walaupun itu hanya juru parkir jalan
kita harus hargai mereka.
II.7. Pro Dan Kontra
Adanya Juru Parkir
Pro :
1. Parkir yang sulit jadi lebih mudah
Parkir di Jakarta terkadang memang
cukup sulit. Ada banyak tempat yang sepertinya cukup mustahil untuk bisa
memarkirkan kendaraan disana, terutama dengan orang yang baru belajar menyetir.
Nah, di sinilah peran juru parkir sangat
penting! Juru parkir akan memberikan instruksi parkir yang tentunya akan
membuat parkir menjadi lebih mudah.
2. Dicarikan tempat parkir
Di luar
negeri, mencari tempat untuk parkir itu adalah hal yang sangat sulit karena
tidak tersedianya tempat untuk parkir dan tentu saja tidak ada juru parkir.
Nah, di Indonesia masalah itu bisa diatasi, karena para juru parkir akan dengan
senang hati mencarikan tempat parkir. Walaupun itu sebenarnya karena sebuah
uang.
3. Bisa bantu dorong-dorong mobil
Terkadang proses parkir akan
terganggu dengan yang namanya parkir paralel. Parkir paralel adalah adalah cara parkir
kendaraan
paralel dipinggir jalan,
umumnya merupakan fasilitas parkir yang biasanya diterapkan dipusat kota,
ataupun di kawasan permukiman
yang tidak memiliki garasi.
Nah, coba
bayangkan jika tidak ada juru parkir. Tentunya hal ini akan sangat merepotkan
karena harus mendorong-dorong mobil. Dengan adanya juru parkir, hanya tinggal
menunggu dan duduk manis di dalam mobil ber-AC dan mobil-mobil yang parkir paralel
akan langsung didorong oleh para juru parkir!
Kontra:
1.
Juru parkir tidak sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap kendaraan yang diparkirkan
Mungkin diantara
kita ada yang berpikir jika memarkirkan kendaraan ditempat yang telah
disediakan oleh juru parkir akan aman-aman saja karena si juru parkir pasti
akan menjaga kendaraan tersebut. Sesungguhnya itu belum tentu! Jika sampai
kendaraan hilang atau lecet terkena goresan dari kendaraan yang lain maka juru
parkir pun akan memasang muka tidak tahu menahu dan seakan-akan bersimpati atas
kejadian buruk yang telah terjadi. Ketika sudah terjadi situasi semacam ini
juru parkir mana yang mau bertanggung jawab. Dan juru parkir pun akan tetap
terus meminta upahnya.
2. Bayaran ditentukan oleh juru parkir
Pada
umumnya, bayaran untuk juru parkir itu adalah Rp. 1,000 untuk motor. Tapi ada
beberapa tempat dimana bayaran parkir ditentukan sendiri oleh juru parkir. Di
daerah kota misalnya, parkir di pinggir jalan itu sekitar Rp. 3,000. Di Kemang
lebih parah, karena biaya parkir di pinggir jalan bisa antara Rp. 5,000 sampai
Rp. 20,000. Pokoknya biaya parkir terserah juru parkir.
3. Muncul ketika ketika kendaraan akan segera
meninggalkan parkiran
Salah satu
kebiasaan lain juru parkir adalah muncul secara tiba-tiba ketika kita telah
selesai memarkirkan mobil dan akan melanjutkan perjalanan kembali. Saat lagi
bersusah-susah si juru parkir tidak nampak, dan ketika sudah waktunya untuk
meninggalkan parkiran dan hendak membayar, tiba-tiba si juru parkir muncul
entah darimana dan langsung meminta upahnya.
4. Kemampuan memarkirkan kendaraan menurun
Inilah kontra
paling besar dari adanya juru parkir. Diantara kita mungkin ada jadi cenderung percaya
kepada juru parkir dan membiarkan kendaraannya diparkirkan oleh sang juru
parkir. Secara tidak langsung kemampuan parkir sedikit demi sedikit akan
menurun.
II. 8. Hasil Perbandingan Antara Juru Parkir Jalan
Dengan Juru Parkir
Resmi
Ini adalah
perbandiangan hasil dan resiko sebagai juru parkir yang kami dapat dari hasil
Observasi pada hari Senin, 13 Oktober 2014 di 2 (dua) tempat yang berbeda.
Data ini menunjukkan bahwa hasil
para penjaga area parkir jalan (non resmi) cukup besar dari pada parkir resmi,
hal ini menyababkan banyak orang yang mecari nafkah dari jalan ini karena mudah
tidak perlu banyak pengalaman dan ijazah sekolah atau perguruan tinggi.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Ketika seseorang
memutuskan untuk menjadi Juru Parkir itu merupakan sebuah keputusan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, tingkat pendidikan Juru
Parkir rata-rata sangat rendah, sebagian besar tamatan sekolah dasar (SD) dan
beberapa tidak mengenyam pendidikan dasar sama sekali, pendidikan rendah dan
minimnya keahlian dan sempitnya lapangan pekerjaan membuat orang berniak untuk
bekerja dan mencari uang dengan modal yang sedikit tapi hasil banyak seperti
hal-nya menjadi Juru Parkir.
Selain itu menjadi Juru Parkir
bukanlah perkara mudah, karena meraka harus mempunya jiwa yang jujur, amanah
dan siaga. Sebab bila terjadi sesuatu pasti merekalah yang menjadi orang no.1
yang paling bertanggung jawab untuk dimintai keterangan.
III.2. Saran
Saran kami selaku penulis yaitu,
mari kita sama sama menghargai mereka dan tidak menganggap remeh profesi ini
dengan itu kita sudah termasuk orang yang peduli sesama. Serta juga bisa
memberikan ruang usaha bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan disamping
sulitnya mencari kerja pada saat ini.
sumber :